Day 8 - Malam Terakhir di Jepang

Sabtu, 18 April 2015.

Apa salah satu faktor yang menyebabkan Mikado Hotel ini murah meriah? Karena kamar mandi dan toiletnya sharing alias tidak ada male dan female bathroom yang dipisahkan seperti biasa. Tapi, tidak perlu khawatir, setiap pengunjung di sini saling menjaga privasi masing-masing sehingga saya pun selalu merasa aman. Setelah mandi, kami langsung bergegas menuju Osaka Station. Saat itu belum pukul 8 pagi, sementara bis yang akan mengantar kami ke Tokyo berangkat pukul 10 pagi. Lebih baik datang lebih awal daripada terlambat deh :) Sakitnya tuh disini *nunjuk dompet* haha.

Kami membeli roti dan susu di Family Mart lalu menunggu di waiting room bis. Di sana kami ketemu sama orang Indonesia yang sudah bekerja di Osaka selama 12 tahun. Wow, katanya betah di sana males pulang hehehe. Kurang dari 10 menit menjelang waktu berangkat, bis telah tiba. JR Bus ini dua tingkat gitu mirip double decker, kami pun langsung duduk sesuai urutan di tiket. Sisi menyenangkan dari naik bis siang hari adalah bisa melihat pemandangan. Beda sama bis malam yang memang dikondisikan hanya untuk tidur jadi jendela ditutup rapat dengan tirai.

Perjalanan menghabiskan waktu 9 jam sampai ke Tokyo Station dengan berhenti sementara di rest area sebanyak tiga kali. Masalahnya adalah saat itu sangat dingin, kalau dingin berarti lapar. Tapi lapar tak ada uang. Ya itu, kami nggak punya cash money karena belum menemukan 7 Eleven hahaha. Akhirnya, kami cuma turun di rest area dan clingak clinguk menelan ludah melihat makanan yang enak-enak dan souvenir yang lucu-lucu. Uang receh kami cuma cukup membeli mochi dengan harga 300 Yen untuk berdua haha. Sementara itu, penumpang di depan kami selalu membeli makanan dengan aroma yang menggoda irama perut. Suami saya cuma bisa kasih puk puk dan kami pun tertawa konyol. Begitulah seninya berpetualang :p

9 jam itu terasa sangaaat lama (apalagi perut lapar). Syukurlah masih ada sisa novel yang belum habis saya baca. Tapi, pemandangan di luar sana juga sangat memanjakan mata. Bukit-bukit yang asri, sakura yang cantik, pertanian yang rapi, dan tidak ada sampah. Pengalaman paling menyenangkan ada di rest area ketiga yakni saat kami turun di dekat kawasan Gunung Fuji. Dingin bangeeet, seminggu di Jepang bibir kami pecah-pecah dan kulit jari udah terkelupas. Tapi kapan lagi bisa melihat Gunung Fuji sebagai bagian dari perjalanan pulang ke Tokyo :)



Kami tiba di Tokyo Station sekitar pukul 7 malam. Target utama adalah mencari ATM. Setelah berkeliling stasiun, akhirnya ketemu deh 7 Eleven. Lega banget bisa punya cash money lagi. Akhirnya bisa beli makanan! Target kedua adalah mencari bis ke bandara. Kami datang ke loket JR Bus tetapi bis untuk ke Narita malam itu sudah penuh. Kami pun harus jalan ke luar stasiun dan menemukan terminal Limousine Express Bus, tetapi full booked juga. Kami berjalan lagi sampai ke terminal Keio Bus, kira-kira 10 menit dari stasiun. Alhamdulillah, bisnya masih ada. Bis sudah standby di situ untuk berangkat pukul 8 malam, sementara kami tiba di terminal pukul 19.50. Kami langsung membeli tiket dan naik ke bis. Itu adalah bis malam terakhir, dilindungi oleh Allah lagi. Nggak tahu gimana rasanya kalau kami tiba lewat dari pukul 8, kami nggak akan dapat bis untuk malam itu :)

Perjalanan dari Tokyo Station ke Narita Airport membutuhkan waktu 1 jam. Kami tiba pukul 9 malam, mengirimkan kembali wifi portable ke mail box, sholat di musholla, sikat gigi, lalu tidur. Iya, tidur di bandara. Dan ini pertama kalinya buat saya. Tapi kami tidak sendirian, ada banyak orang yang melakukan hal yang sama. Mereka membawa selimut lalu berbaring di sepanjang kursi di bandara. Para petugas bandara juga tidak mengusir kami, mereka malah berjaga dan melindungi para penumpang yang bermalam :) Nggak bisa tidur sih, satu jam sekali saya bangun, tapi suami saya tidurnya pulas banget.

Rasanya aneh sekaligus sedih, saat sadar. Ini malam terakhir di Jepang. Seperti mimpi, tapi ini nyata.

Comments

Popular Posts